Kerajaan Angkor

         Kerajaan ini didirikan oleh Raja Jayawarman II pada awal tahun 800-an dan tetap berdiri dan berkembang sampai runtuhnya pada tahun 1431. Briggs menyimpulkan bahwa beliau dipilih oleh Mentri-mentri Mahipatiwarman sesuai perintah Maharaja Jawa menurut cerita orang Arab itu. Jayavarman II tidak termasuk dalam garis keturunan Rajendravarman I. Prasasti-prasasti berikut menyebutkan bahwa beliau sebagai cidt Nepatidrawarman dari aninditapura, tetapi pengganti raja yang berhasil naik tahta selalu mendapat keturunan yang baik. Tidak ada sesuatu diketahui tentang ayahnya. Bahwa beliau datang dari Jawa menaiki tahta sudah pasti. Pendapat yang dikatakan bahwa keluarganya tinggal di sana selama masa kekacauan dan beliau dijadikan abdi di istana Syailendra.
         Hal-hal besar dalam pemerintahannya terdapat dalam prasasti abad XI, pada batu Sdok Kak Thom, yang telah diterjamahkan oleh Louis Finot tahun 1915. Beliau mernulai masa pemerintahannya yang panjang dengan mendirikan ibu kota yang diberi nama
Indrapura, pada suatu tempat yang telah disamakan dengan peninggalan arkeologis Banteay Prei Nokor, di timur kompong Cham di daratan Mekong. Disana beliau menugaskan seorang Brahmana, Siwakaiwalya, yang menjadi pendeta pertama pemujaan itu yang didirikan sebagai agama resmi. Dewa-raja itulah sebagai bentuk Siwaisme yang berpusat pada pemujaan sebuah lingga sebagai personifikasi suci dari raja yang diberikan kepadanya oleh Siwa melalui pendeta Brahman aitu sebagai mediumnya.
           Kemakmuran kerajaan diperkirakan erat hubungannya dengan kesuburan lingga kerajaan itu. Tempat sucinya di puncak suatu candi pegunungan, secara alam atau buatan, yang berada di tengah ibu kota dan dianggap sebagai proses dunia. Lalu, Jayawarman II merencanakan ibu kota yang kedua dari Kerajaan Angkor, yaitu di Hariharalaya,tempat bersemayam dewa Harihara, di tenggara Simreap sekarang. Kemudian beliau mendirikan ibukota yang ketiga, Amarendrapura. Akhirnya, beliau pindah ke Phnim Kulen di bukit-bukit Kulen sekitar 30 mil di timur laut Angkor. Dimana beliau membangun Mahendraparwata. Lalu, beliau kembali ke Harihalaya dan tinggal disitu sampai meninggal, tahun 850.
        Pemerintahan Jayawarman II meninggalkan kesan yang besar atas kerajaannya. Dari masa pemerintahannya, tempat suci yang berbentuk piramid itu menjadi pusat kerajaannya. Candi itu diabdikan kepada hayat beliau selama hayat beliau. Waktu meninggal, Candi itu menjadi tempat kuburannya.
       Pemerintahan Jayawarman II digantikan oleh puteranya yang bernama Jayawarman III (850-877) terkenal sebagai pemburu gajah. Banyak bangunan di sekitar Angkor berasal dart masa pemerintahannya. Selanjutnya, Raja yang berkuasa yaitu Indrawarman(877-889) membangun Bakong,candi batu besar pertama dalam gaya agung diketemukan kemudian diketemukan di Angkor. Raja tersebut digantikan oleh Yasowarman I, (889-900) pendiri kota pertama Angkor. Untuk melebhi candi ayahnya,bakong, beliau mamilih bukti alam Phnom Bakheng, tempat didirikannya candinya sendiri., dan kota yang berkembang di sekitarnya diberi nama Yasodharaphura. 
          Rencana pembangunan yang luas itu meliputi bendungan besar, sekarang di bagian timur barat dan serentetan tempat-tempat suci bagi sekte-sekte keagamaan siwate,waisnawite, dan budhis juga. Yashodarapura, asal kota angkor meliputi daerah-daerah yang lebih luas lagi dari pada Angkor Thom (sebuah kuil) yang dibangun pada tahun 1200 oleh Jayawarman VII, Kemudian Raja tersebut digantikan oleh Jayawarman IV (928-942) seorang perebut tahta yang menaklukkan Yashodharaphura (Angkor) dan entah ditinggalkan atau dibiarkan saja, lain beliau mendirikan ibukota baru di Kohker. Jayawarman IV digantikan oleh Rajendrawarman II (944-968) menurunkan dari tahta putera si perebut tahta itu. 
          Harshawarman II mengembalikan lagi ibu kota ke Angkor yang tetap menjadi kota besar bagi orang-orang Khmer sejak itu sampai ditinggalkan tahun 1432.Raja yang ke-7 yaitu Jayawarman V (968-1001) menyempurnakan dan mengabdikan sebuah candi Khner yang paling indah, Banteay "Benteng Wanita", yang pertana direstorasi oleh arkeolog Perancis menurut methoda yang terkenal sebagai anastylosis, yang pertana dijalankan Belanda di Jawa.
      Perluasan daerah Yasowarman I melebihi banyak daerah dari pada yang dilakukan Yasowarman. Prasasti-prasastinya memberi penghormatan penuh kepada beliau sebagai pejuamg. Seandainya prasati tahun 947 di Raksei Chamrong dapat dipertamggung jawabkan, maka daerah kekuasaannya meluas sekitar daerah kekuasaan Funan pada masa jayanya. Kapan dan Bilamana Perluasan ini tidak jelas. Menurut kenyataannya beliau rnemerintah selama 11 tahun dan melaksanakan rencana pembangunan yang luas ke Thiongkok di utara. Champa di timur, Lautan I lindia di barat, dan meliputi Semenanjung utara Melayu jauh ke bawh sampai Grahi.
    Sejarah Khmer dalam abad X terutama merupakan catatan bangunan-bangunan, bukan peristiwa-peristiwa politik. ini masa yang indah dalam pembentukan peradaban. Ada hubungannya dengan masa monarki di Gina pada masa T'Ang dan selama masa lima dinasti. Oleh karena itu, Srjarahwan harus mengambil hampir seluruhnya pada prasasti-prasasti, semua dokumen-dokuman yang bahan-bahannya kurang tahan lama, seperti: daun lontar, yang telah lenyap karena jamur atau api. Dan prasati hanya bertalian dengan masalah-masalah dewa raja dan istananya, Hampir tidak memberikan kunci untuk peradaban materiil, adat, dan kepercayaan rakyat. 
          Raja sebagai kepala negara menduduki posisi yang begitu tinggi dalam teori dan menjalankan cara hidup yang begitu banyak terlibat dalam upacara-upacara keagamaan, sehingga beliau mempunyai hubungan yang kecil sekali dengan rakyatnya. Sebagai sumber segala kekuasaan, beliau menjadi penemban hukum dan ketertiban, pelindung agama, dan mempertahankan negrinya dari musuh-musuh tetapi hampir tidak menjalankan roda pemerintahan.
          Pemerintahan berbentuk Oligarki Sempit,dengan kepala kantor dipegang oleh anggota-anggota keluarga raja dan keluarga orang-orang suci. Mereka menikah dan merupakan ras yang secara rasial berbeda dengan sisi penduduk lainnya. Tetapi ini menarik meskipun mereka mewarisi tradisi hindu, mereka memakai nama Khmer. Pada abad IX dan X Siwaisme sangat berpengaruh. Menjelang abad XII Waisnawisme sudah cukup kuat untuk mengilhami bangunan-bangunan besar. Contohnya adalah angkor wat.
        Pertengahan pertama abad XI penting bagi pemerintahan sejarah raja-raja besar Khmer yang lain, Suryawarman I (1002-1050). Beliau menggantikan Udayadityawarman I (1001-1002) pengganti Jayawarman V. Banyak terjadi pemberontaan di masa itu. Yang pertama pecah jauh di selatan dan rupannya disebabkan oleh gangguan Cham dari daerah Panduranga. Daerah itu yang dalam keadaan memberontak beberapa saat lamany dikuasai oieh Raja Jaya Parameswawarman, yang pasukan-pasukannya juga melakukan serangan sementara ke dalam daerah Kamboja dan membebaskan Sambuphura.
      Pemberontakan yang terjadi itu dipimpin oleh orang yang menguasai ilmu mernanah. Ia rnungkin seorang Cham. Mula-mula ia sangat sukses dan mengalahkan lebih dari satu pasukan Kamboja. Ketika akhirnya, ia diserang oieh seorang jendral Kamboja yang terkenal, Sangrama, yang menandai setiap kemenangannya dengan suatn bangunan keagamaan. Ia berlindung di Champa. Dua Pemberontakan selanjutnya terjadi dalam pemerintahan Udayadityawarman II. Salah satu tarjadi di barat dipimpin oleh seorang Jendral Kerajaan Kamvau. Yang sesungguhnya mengancam ibu kota tetapi bisa dikalahkan oleh Sangrama. Yang lain di timur juga dihancurkan olehnya. 
       Harsyawarman III (1066-1080), adik Udayadityawarman II, mencoba memperbaiki kerusakan dan kehilangan yang disebabkan oieh perang pada masa penerintahan sebelumnya. Beliau adalah raja yang cinta damai, tetapi waktu melawannya. Beliau diturunkan dari tahta oleh suatu pemberontakan yang dipimpin oleh seorang bangsawan bernama Jayawarman, bukan dari keluarga raja, tetapi jelas seorang putera dari raja Wan tanah atau gubernur provinsi dari kota yang bernama Mahidharapura, yang lokasinya belum diketahui.
Jayawarman IV yang mendirikan dinasti baru, pemerintahannya penuh kesulitan. 
            Anggota-anggota keluarga Hashawarman III' bangkit di selatan menentangnya dan dan terus berperang sampai naik tahtanya Suryawarman II dalam tahun 1113, Beliau diganti oleh kakaknya yang bernama Dharanindrawarman I (1107-1113). Seorang berusia lanjut yang telah mernasuki asrama tempat orang suci. Beliau tidak marnpu menundukkan pemberontakan yang berlangsung selama pemerintahan saudaranya. Tugas ini lalu dijalankan oleh sepupunya dari pihak ibu, seorang pemuda yang sangat ambisius yang menghancurkan istana Harshawarman III, meruntuhkan kelemahan Dharanindhawarman I, dan dinobatkan sebagai raja dengan nama Suryawarman II. Dia merupakan pendiri Angkor Wat, Pusat tempat suci, tinggi 130 kaki, berdiri di suatu lapangan bertingkat 40 kaki tingginya, dan luasnya 750 kaki.
          Angkor jatuh tahun 1453 pada pemerintahan. Secara garis besar raja-raja Angkor pada masa pemerintahan akhir adalah Santac Chao Phaya Phing-ya, Nippean Bat, 1405-1409; Lampong, atau Lampang Paramaraja, 1409-1416: Sorijovong, Sorijong atau Lambang 1416-1425; Barom Racha, atau Bamkhat Ramadhapati, 1425-1431; Thommo -Soccorach, atau Dharmasoka, 1429-1431; Ponha Yat, atau Gam yat, 1432-?. Antara 1350 dan Angkor direbut Siam tahun 1431 tentu ada perang yang tak henti-hentinya antara Tai dan Khmer, Ayuthia jauh lebih berbahaya bagi Angkor daripada Sukot'ai. Lebih dekat dan terletak di negeri Mon yang rakyatnya mernpunyai hubungan dekat dalam jenis bahasa dan bangsa Khmer. Sebagian besar perkelahian terjadi di daerah perbatasan Chntaburi, jolbiri dan Korat. Babad Kamboja yang sangat tidak dapat diterima akal membuat ahli sejarah menyimpulkan bahwa Angkor direbut Tai lagi tahun 1349 dan rnenernpatkan raja boneka di atas tahta. Kemudian tahun 1401 T'ai didesk keluar dan Khmer dikembalikan lagi.
        Apa yang sebenarnya terjadi tidak dapat ditegakkan. dengan pasti, seperti tahun 1353 jelas Angkore bukan direbut oleh T'ai. Serangan dikatakan dimulai oleh Khmer dan serangan balasan T'ai. Mulai di Provinsi-Provinsi Chantabun, Jolburi tahun 1390 dan berlangsung beberapa tahun, dengan masing-masing pihak mengerahkan ribuan rakyat. Pertarungan yang sengit ini menyebabkan orang-orang Cham memikirkan saat yang matang untuk menyerbu Kamboja. 
        Tahun 1414 pasukan Khmer mengadu kepada Cina bahwa Cham menyerang beberapa kali menghalangi pengiriman utusan ke istana kaisar. Kaisar mengirim surat peringatan kepada raja Cham. Tetapi surat tidak menahannya dalam tahun 1421 dari pelaksanaan serangan besar-besaran daerah data mekong dari mana pasukannya tidak terusir sampai kira-kira tahun 1426. 
          Khmer tidak menunjukkan tanda-tanda kelemahan. Pada saat itu ketika mereka dipaksa berhadapan dengan serangan Cham, yang jelas mereka dipesiapkan dalam operasi serbuan melawan Ayut'ia. Sepanjang kedua route Jolburi di Selatan dan route Lembah Mun di utara, mereka berkali-kali mengancam ibu kota T'ai. Karena itu, ketika Raja Boromoraja II dari Ayut'ia akhirnya memasuki Angkor, dan mengepungnya tahun 1430 itu terjadi hanya setelah ibu kotanya sendiri selama beberapa tahun terbuka bagi ancaman-ancaman yang sama oleh orang-orang Khmer. Lagi pula ketika Angkor telah jatuh, setelah pendudukan selama 7 bulan, itu lebih disebabkan oleh ketidak setiaan dari pada kelemahan. Karena kematian raja Dharmasoka selama pendudukan itu diikuti oleh larinya dua orang mandarin dan dua orang pimpinan pendeta Budha ke pihak musuh, dan akibat ini kota jatuh.
        Orang-orang Siam ketika merebut Angkor tahun 1431, merampas semua yang mereka dapat dan melepaskan ribuan narapidana. Seorang bangsawan Siam telah dinaikkan tahta sebagai raja boneka. Karya pemerintahannya sangat singkat. Putera Kamboja yang behak menyandang mahkota Ponha Yat mengatur usaha pembunuhannya dan kemudian is sendiri yang dinohatkan di Angkor. Sebelumnya orang-orang Khmer sekali lagi berkuasa di daerah sepanjang perbatasan Chatabun sampai ke Jolburi, Korat. Tetapi Angkor Tom tidak dianggap aman lagi sebagai ibu kota. Ditinggalkan oleh Ponha Yatt th 1432 beliau memindahkan istananya pertama-tama ke Basan di Propinsi Srei Santhor di bagian setelah timur Mekong dan tahun 1434 ke Phnom Phen. Kamboja tetap tidak tersentuh: tidak menyerahkan daerah pada Boromoraja II dan masih tetap negara yang kuat, tidak pernah ditaklukkan. 
          Namun pengOsongan Angkor akhirnya menghentikan masa jaya kerajaan Khmer, Orang-orang Khmer tidak mengulangi lagi dimanapun karya sent dan arsitekturnya yang menakjubkan itu, atau khasanah tulisan sansekertanya yang telah mereka kerjakan di Angkor, pada waktu jayanya. Bahkan mereka tidak mencoba memelihara dan merawat apa yang telah ditinggalkannya disana: Inilah tugas orang-orang Perancis di abad belakangan. Raja dan istananya menjelmakan diri dari perbudakan pemujaan dewa-dewa, yang dipikulnya terlalu berat disangga dan di dalam dan diluar kota yang ditinggalkan itu mulailah hutan tropis dengan cepatnya menyapu sisa-sisa manusia itu.

3 comments: